Musim 2024/25 mendekati pertengahan musim, namun masih banyak pelatih jempolan yang menganggur sampai saat ini...
Pelatih sering kali dikenal sebagai sosok yang tak mengenal belas kasihan, tapi mereka juga bisa saja berada dalam posisi terancam pemecatan setelah serangkaian hasil buruk.
Hal ini mungkin menjadi alasan mengapa banyak pelatih elite memilih untuk beristirahat, sementara rekan-rekan manajer mereka terus berjuang di tepi lapangan. Saat klub-klub telah menjalani musim 2024/25 - dan bahkan mendekati pertengahan musim - masih ada 'kursi panas' yang bisa diisi.
Salah satu posisi paling menarik yang masih terbuka adalah pelatih tim nasional Inggris. Lee Carsley telah menunjukkan performa yang menjanjikan sebagai pelatih interim setelah ditinggalkannya Gareth Southgate, namun hal itu tidak menutup kemungkinan adanya kandidat lain yang akan dipertimbangkan.
Namun, tentu saja, tak lama lagi klub-klub di liga top Eropa akan mulai mengambil langkah drastis dalam pencarian poin untuk memperbaiki posisi mereka. Di musim panas pergolakan terjadi, dengan banyak klub yang memutuskan berpisah dengan manajer mereka dan merekrut penggantinya.
Juventus dan Bayern Munich misalnya. Dua klub tersebut memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan manajer mereka masing-masing, Massimiliano Allegri untuk Si Nyonya Tua, sementara Thomas Tuchel meninggalkan Allianz Arena.
Dan sampai saat ini dua manajer tersebut masih berstatus tanpa klub, menunggu panggilan serta tawaran menarik dari belahan bumi mana pun. Tapi, selain mereka siapa lagi pelatih yang masih menganggur sampai saat ini? Berikut GOAL berikan ulasannya...
Ole Gunner Solskjaer
Kisah Ole Gunnar Solskjaer selama memimpin Manchester United bisa dibilang cukup aneh. Ditunjuk sebagai manajer interim pada Desember 2018, ia kemudian diangkat menjadi manajer tetap pada musim panas 2019. Ia menikmati rasio kemenangan 54,17 persen dan mencapai final Liga Europa pada tahun 2021. Namun, segalanya tidak pernah berjalan lancar dan Solskjaer selalu merasa tidak mampu di salah satu klub terbesar di dunia (meskipun peruntungannya tidak benar-benar membaik sejak ia pergi).
Yang dapat dikatakan dengan pasti adalah sangat mengejutkan bahwa ia belum ditawari peran lain di klub yang sedikit lebih 'santai dan sederhana', mengingat pengalamannya di Old Trafford yang penuh tekanan dan fakta bahwa ia baru berusia 50 tahun.
Solskjaer baru-baru ini melakukan tur keliling Amerika Serikat untuk mempelajari fasilitas dan pengetahuan di klub-klub MLS, yang menyebabkannya dikaitkan dengan Charlotte FC Oktober lalu.
Joachim Low
Joachim Low jelas merupakan salah satu manajer paling menarik dengan kesuksesan yang diraih di level internasional. Tetapi, ia telah menganggur setelah memimpin Der Panzer di Euro 2021.
Dan, prestasinya tak main-main. Ia mencapai tiga final utama selama 15 tahun masa jabatannya sebagai pelatih Jerman, tentu saja membawa pulang hadiah utama dengan Piala Dunia 2014 serta memenangkan Piala Konfederasi terakhir pada tahun 2017, mencapai final Euro 2008 dan semi-final Piala Dunia pada tahun 2010, mengalahkan Uruguay untuk finis ketiga.
Namun, cukup mengherankan karena dia benar-benar tidak diminati oleh banyak tim, baik di Eropa mau pun Arab Saudi atau MLS.
Massimiliano Allegri
Romansa Massimiliano Allegri dan Juventus berakhir dengan pahit. Untuk kedua kalinya, Si Nyonya Tua memecat manajer tersebut setelah sikapnya di final Coppa Italia 2024.
Hanya dua hari setelah memimpin Juve meraih kemenangan, Allegri dipecat karena mengomel kepada ofisial pertandingan dan melambaikan tangan kepada direktur olahraga klub selama perayaan. Setelah itu, pengadilan disiplin Federasi Sepakbola Italia menyelidikinya.
Allegri memimpin Juventus dari tahun 2014 hingga 2019, di mana mereka memenangkan gelar di masing-masing dari lima musimnya, mengklaim empat Piala Italia, dan mencapai final Liga Champions dua kali. Ia pergi dengan kesepakatan bersama di akhir musim 2018/19.
Setelah istirahat dua tahun, ia kembali sebagai manajer Juventus di awal musim 2021/22, tetapi masa jabatan keduanya tidak mampu menyamai kesuksesannya di era sebelumnya. Si Nyonya Tua hanya memenangkan Piala Italia, finis di posisi keempat dan ketujuh dalam dua musim penuhnya sebelum kepergiannya baru-baru ini.
Xavi Hernandez
Xavi belum lama berkecimpung di dunia manajemen, dibandingkan dengan nama-nama lain dalam daftar ini, tetapi ia telah membangun rekam jejak yang lumayan. Pelatih asal Spanyol ini memulai karier manajerialnya di Qatar bersama Al-Sadd, setelah mengakhiri karier bermainnya di klub tersebut. Di Al-Sadd, Xavi mengasah keterampilannya, dan akhirnya pindah ke Barcelona pada November 2021.
Ia mengambil alih Tim Catalan yang tidak memiliki 'identitas asli' dan pada musim pertamanya ada masa-masa sulit, tetapi pekerjaan terus berjalan. Pekerjaan itu membuahkan hasil pada musim kedua saat Xavi membawa Barca meraih gelar La Liga. Itu juga merupakan kemenangan gemilang, karena Blaugrana unggul sepuluh poin dari rival mereka Real Madrid. Musim ketiga tidak sebagus itu, tetapi Xavi menghadapi masalah cedera dan masalah dengan klub di luar lapangan. Ia mengumumkan niatnya untuk meninggalkan klub, dibujuk untuk bertahan, dan kemudian dipecat pada akhir musim.
Thomas Tuchel
Thomas Tuchel telah meraih kesuksesan di setiap klub yang ia tukangi, tetapi tekanan dan akhir yang pahit juga selalu dia rasakan. Mungkin, hanya di Bayern Munich saja dia benar-benar gagal total. Tuchel mengakhiri dominasi klub tersebut dan membuat mereka mengakhiri musim tanpa trofi untuk pertama kalinya dalam 11 tahun.
Meskipun demikian, ia adalah seorang manajer yang telah memenangkan tiga gelar liga, tiga piala domestik, dan Liga Champions. Para penggemar tidak akan pernah melupakan bagaimana ia mengubah Chelsea yang tampak kehilangan arah di bawah asuhan Frank Lampard menjadi pemenang Liga Champions, mendalangi kemenangan 1-0 atas Manchester City di final.
Jurgen Klopp
Salah satu perpisahan emosional yang terjadi di dunia sepakbola tahun ini. Kepergian Jurgen Klopp dari Liverpool mengundang banyak rasa haru bagi pecinta sepakbola di seluruh dunia. Bagaimana tidak? Dia membangun The Reds dengan tangan dinginnya dari 2015 sampai 2024, dan memenangkan seluruh trofi yang bisa mereka menangkan: Liga Champions, Piala Dunia Antarklub, Liga Primer, Piala Super UEFA, Piala FA, Piala Liga dan Community Shield.
Ia mengumumkan kepergiannya dari Anfield pada awal tahun 2024, dengan alasan kehilangan energi. Dan saat ini ia tidak sedang mencari peran baru. Sejak saat itu, dia beberapa kali dikaitkan dengan pekerjaan baru di tempat lain, khususnya di Amerika Serikat. Tapi, Klopp tampaknya tidak akan kembali memimpin sebuah tim paling tidak sampai tahun depan.
Zinedine Zidane
Tiga gelar Liga Champions secara berturut-turut dari 2016 sampai 2018, dua Piala Dunia Antarklub, dua La Liga, Dua Piala Super UEFA, dua Piala Super Spanyol... Mungkin, banyak orang berpikir 'Apa yang ingin dia capai lagi jika kembali melatih?' Namun, setelah menganggur sejak 2021 legenda Prancis itu menegaskan bahwa dirinya akan segera kembali.
"Saya akan segera kembali. Tunggu, tunggu sebentar. Sebentar lagi. Saya tidak lama lagi akan melatih lagi," kata Zidane kepada RMC Sport.
Hanya masalah waktu hingga pergolakan kursi manajer berputar lagi di Eropa, dan tidak ada manajer di luar sana yang dapat membanggakan CV sehebat Zidane. Dia akan menjadi nama yang dicari setiap kali lowongan besar muncul, tetapi dia cukup cerdas untuk memilih pekerjaan yang tepat yang akan memungkinkannya untuk mengerahkan kemampuannya dengan sebaik-baiknya.
kedaibola=telegram
kedaibola.click
Hal ini mungkin menjadi alasan mengapa banyak pelatih elite memilih untuk beristirahat, sementara rekan-rekan manajer mereka terus berjuang di tepi lapangan. Saat klub-klub telah menjalani musim 2024/25 - dan bahkan mendekati pertengahan musim - masih ada 'kursi panas' yang bisa diisi.
Salah satu posisi paling menarik yang masih terbuka adalah pelatih tim nasional Inggris. Lee Carsley telah menunjukkan performa yang menjanjikan sebagai pelatih interim setelah ditinggalkannya Gareth Southgate, namun hal itu tidak menutup kemungkinan adanya kandidat lain yang akan dipertimbangkan.
Namun, tentu saja, tak lama lagi klub-klub di liga top Eropa akan mulai mengambil langkah drastis dalam pencarian poin untuk memperbaiki posisi mereka. Di musim panas pergolakan terjadi, dengan banyak klub yang memutuskan berpisah dengan manajer mereka dan merekrut penggantinya.
Juventus dan Bayern Munich misalnya. Dua klub tersebut memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan manajer mereka masing-masing, Massimiliano Allegri untuk Si Nyonya Tua, sementara Thomas Tuchel meninggalkan Allianz Arena.
Dan sampai saat ini dua manajer tersebut masih berstatus tanpa klub, menunggu panggilan serta tawaran menarik dari belahan bumi mana pun. Tapi, selain mereka siapa lagi pelatih yang masih menganggur sampai saat ini? Berikut GOAL berikan ulasannya...
Yang dapat dikatakan dengan pasti adalah sangat mengejutkan bahwa ia belum ditawari peran lain di klub yang sedikit lebih 'santai dan sederhana', mengingat pengalamannya di Old Trafford yang penuh tekanan dan fakta bahwa ia baru berusia 50 tahun.
Solskjaer baru-baru ini melakukan tur keliling Amerika Serikat untuk mempelajari fasilitas dan pengetahuan di klub-klub MLS, yang menyebabkannya dikaitkan dengan Charlotte FC Oktober lalu.
Dan, prestasinya tak main-main. Ia mencapai tiga final utama selama 15 tahun masa jabatannya sebagai pelatih Jerman, tentu saja membawa pulang hadiah utama dengan Piala Dunia 2014 serta memenangkan Piala Konfederasi terakhir pada tahun 2017, mencapai final Euro 2008 dan semi-final Piala Dunia pada tahun 2010, mengalahkan Uruguay untuk finis ketiga.
Namun, cukup mengherankan karena dia benar-benar tidak diminati oleh banyak tim, baik di Eropa mau pun Arab Saudi atau MLS.
Hanya dua hari setelah memimpin Juve meraih kemenangan, Allegri dipecat karena mengomel kepada ofisial pertandingan dan melambaikan tangan kepada direktur olahraga klub selama perayaan. Setelah itu, pengadilan disiplin Federasi Sepakbola Italia menyelidikinya.
Allegri memimpin Juventus dari tahun 2014 hingga 2019, di mana mereka memenangkan gelar di masing-masing dari lima musimnya, mengklaim empat Piala Italia, dan mencapai final Liga Champions dua kali. Ia pergi dengan kesepakatan bersama di akhir musim 2018/19.
Setelah istirahat dua tahun, ia kembali sebagai manajer Juventus di awal musim 2021/22, tetapi masa jabatan keduanya tidak mampu menyamai kesuksesannya di era sebelumnya. Si Nyonya Tua hanya memenangkan Piala Italia, finis di posisi keempat dan ketujuh dalam dua musim penuhnya sebelum kepergiannya baru-baru ini.
Ia mengambil alih Tim Catalan yang tidak memiliki 'identitas asli' dan pada musim pertamanya ada masa-masa sulit, tetapi pekerjaan terus berjalan. Pekerjaan itu membuahkan hasil pada musim kedua saat Xavi membawa Barca meraih gelar La Liga. Itu juga merupakan kemenangan gemilang, karena Blaugrana unggul sepuluh poin dari rival mereka Real Madrid. Musim ketiga tidak sebagus itu, tetapi Xavi menghadapi masalah cedera dan masalah dengan klub di luar lapangan. Ia mengumumkan niatnya untuk meninggalkan klub, dibujuk untuk bertahan, dan kemudian dipecat pada akhir musim.
Meskipun demikian, ia adalah seorang manajer yang telah memenangkan tiga gelar liga, tiga piala domestik, dan Liga Champions. Para penggemar tidak akan pernah melupakan bagaimana ia mengubah Chelsea yang tampak kehilangan arah di bawah asuhan Frank Lampard menjadi pemenang Liga Champions, mendalangi kemenangan 1-0 atas Manchester City di final.
Ia mengumumkan kepergiannya dari Anfield pada awal tahun 2024, dengan alasan kehilangan energi. Dan saat ini ia tidak sedang mencari peran baru. Sejak saat itu, dia beberapa kali dikaitkan dengan pekerjaan baru di tempat lain, khususnya di Amerika Serikat. Tapi, Klopp tampaknya tidak akan kembali memimpin sebuah tim paling tidak sampai tahun depan.
"Saya akan segera kembali. Tunggu, tunggu sebentar. Sebentar lagi. Saya tidak lama lagi akan melatih lagi," kata Zidane kepada RMC Sport.
Hanya masalah waktu hingga pergolakan kursi manajer berputar lagi di Eropa, dan tidak ada manajer di luar sana yang dapat membanggakan CV sehebat Zidane. Dia akan menjadi nama yang dicari setiap kali lowongan besar muncul, tetapi dia cukup cerdas untuk memilih pekerjaan yang tepat yang akan memungkinkannya untuk mengerahkan kemampuannya dengan sebaik-baiknya.